fbpx
Zam Zam Square Jalan Raya Condet
+62 813 9800 2220

Sejarah Mesir: Dari Piramida hingga Peradaban Modern

Sejarah Mesir: Dari Piramida hingga Peradaban Modern

Destinasi Wisata di Tanah Suci bareng Sunna Travel

Mesir adalah salah satu peradaban tertua di dunia, dengan sejarah yang meliputi lebih dari 5000 tahun. Mesir terkenal dengan piramidanya yang megah, Sungai Nil yang legendaris, serta kontribusinya dalam berbagai bidang seperti seni, ilmu pengetahuan, dan pemerintahan dalam sejarah. Sejarah Mesir dimulai jauh sebelum masa firaun dan terus berkembang hingga era modern, menjadikan Mesir sebagai salah satu negara dengan warisan budaya yang sangat kaya.

Zaman Prasejarah

Sebelum munculnya peradaban besar di Mesir, wilayah ini telah dihuni oleh manusia purba sejak zaman prasejarah. Bukti arkeologi menunjukkan adanya kehidupan manusia di sepanjang Sungai Nil sejak periode Paleolitik (sekitar 700.000 tahun yang lalu). Pada zaman Mesolitik (sekitar 10.000-5.000 SM), masyarakat mulai beralih dari kehidupan nomaden menjadi masyarakat yang lebih menetap, memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di sekitar Sungai Nil untuk bertani dan beternak.

Peradaban Awal dan Dinasti Pertama

Periode Predinastik (sekitar 5500-3100 SM) menandai perkembangan awal peradaban di Mesir. Pada masa ini, masyarakat mulai membangun desa-desa permanen dan mengembangkan teknologi pertanian yang lebih maju. Mereka juga mulai membuat tembikar, alat-alat dari batu, dan perhiasan dari logam.

Sekitar tahun 3100 SM, Narmer, seorang raja dari Mesir Hulu, berhasil menyatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir, mendirikan Dinasti Pertama. Penyatuan ini menandai awal dari periode Dinastik Awal (sekitar 3100-2686 SM). Pada masa ini, ibu kota didirikan di Memphis, dan sistem pemerintahan yang terorganisir mulai terbentuk, dengan raja (firaun) sebagai pemimpin tertinggi.

Kerajaan Lama

Periode Kerajaan Lama (2686-2181 SM) dikenal sebagai “Zaman Piramida” karena pada masa ini dibangun piramida-piramida besar seperti Piramida Djoser di Saqqara dan Piramida Giza yang terkenal. Firaun-firaun dari Dinasti Keempat, seperti Khufu (Cheops), Khafre, dan Menkaure, memerintahkan pembangunan piramida sebagai makam mereka, yang hingga kini masih berdiri sebagai keajaiban arsitektur kuno.

Pada masa ini, Mesir mengalami kemajuan besar dalam berbagai bidang, termasuk seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sistem pemerintahan yang terpusat memungkinkan firaun mengumpulkan sumber daya dan tenaga kerja dalam jumlah besar untuk proyek-proyek monumental.

Periode Menengah Pertama

Kerajaan Lama berakhir sekitar tahun 2181 SM, diikuti oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah Pertama (2181-2055 SM). Pada masa ini, kekuasaan firaun melemah, dan muncul berbagai konflik internal serta kekeringan yang menyebabkan keruntuhan ekonomi. Mesir terpecah menjadi beberapa wilayah yang saling bersaing, hingga akhirnya Mentuhotep II dari Dinasti Kesebelas berhasil menyatukan kembali Mesir dan memulai periode Kerajaan Pertengahan.

Kerajaan Pertengahan

Kerajaan Pertengahan (2055-1650 SM) ditandai dengan pemulihan ekonomi dan politik. Firaun-firaun dari Dinasti Kedua Belas, seperti Senusret III dan Amenemhat III, memerintah dengan bijaksana dan memperkuat pemerintahan pusat. Mereka juga melancarkan ekspedisi militer untuk memperluas wilayah kekuasaan Mesir hingga ke Nubia dan Levant.

Pada masa ini, seni dan sastra Mesir mencapai puncaknya, dengan munculnya karya-karya sastra seperti “Kisah Sinuhe” dan “Instruksi Amenemhat”. Selain itu, pembangunan infrastruktur seperti kanal dan bendungan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengendalikan banjir Sungai Nil.

Periode Menengah Kedua

Sekitar tahun 1650 SM, Mesir kembali mengalami masa ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah Kedua (1650-1550 SM). Pada masa ini, bangsa asing yang dikenal sebagai Hyksos berhasil menguasai Mesir Hilir dan mendirikan Dinasti Kelima Belas. Hyksos memperkenalkan berbagai inovasi teknologi, seperti kereta perang dan senjata dari besi, yang kemudian diadaptasi oleh bangsa Mesir.

Meskipun dikuasai oleh Hyksos, firaun-firaun Mesir di Thebes terus mempertahankan kekuasaan mereka di Mesir Hulu. Akhirnya, Ahmose I dari Dinasti Kedelapan Belas berhasil mengusir Hyksos dan menyatukan kembali Mesir, memulai periode Kerajaan Baru.

Kerajaan Baru

Kerajaan Baru (1550-1070 SM) dianggap sebagai masa kejayaan Mesir kuno. Pada masa ini, Mesir menjadi kekuatan besar di dunia kuno, dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Nubia, Levant, dan sebagian besar Timur Tengah. Firaun-firaun terkenal seperti Hatshepsut, Thutmose III, Amenhotep III, dan Ramses II memerintah pada masa ini.

Salah satu firaun paling terkenal dari periode ini adalah Akhenaten, yang mencoba mengubah agama Mesir dengan memperkenalkan penyembahan Aton, dewa matahari. Perubahan ini tidak bertahan lama, dan setelah kematian Akhenaten, Mesir kembali ke kepercayaan tradisionalnya di bawah pemerintahan Tutankhamun.

Kerajaan Baru juga ditandai dengan pembangunan monumental, termasuk kuil-kuil besar di Karnak dan Luxor, serta makam-makam megah di Lembah Para Raja. Namun, pada akhir periode ini, Mesir mulai menghadapi masalah internal dan serangan dari bangsa asing seperti “Bangsa Laut”, yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Baru.

Periode Menengah Ketiga

Setelah keruntuhan Kerajaan Baru, Mesir memasuki Periode Menengah Ketiga (1070-664 SM), yang ditandai dengan fragmentasi politik dan dominasi asing. Bangsa Libia dan Nubia mengambil alih kekuasaan di beberapa bagian Mesir, dan Mesir terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang saling bersaing.

Pada tahun 664 SM, Psamtik I dari Dinasti Dua Puluh Enam berhasil menyatukan kembali Mesir dan memulai periode yang dikenal sebagai “Renaisans Saite”. Meskipun relatif singkat, periode ini menandai kebangkitan kembali kebudayaan dan ekonomi Mesir.

Periode Akhir dan Kekuasaan Asing

Meskipun ada usaha untuk memulihkan kejayaan masa lalu, Mesir tidak pernah kembali ke puncak kejayaannya setelah periode Menengah Ketiga. Pada tahun 525 SM, Mesir ditaklukkan oleh Kekaisaran Persia di bawah Kambyses II, dan menjadi provinsi dalam kekaisaran tersebut.

Pada tahun 332 SM, Alexander Agung menaklukkan Mesir dan mendirikan dinasti Ptolemaik, dengan Ptolemaios I sebagai firaun pertama. Dinasti Ptolemaik memerintah Mesir hingga penaklukan Romawi pada tahun 30 SM, ketika Cleopatra VII, penguasa terakhir dari dinasti ini, meninggal dunia.

Mesir dalam Kekaisaran Romawi dan Bizantium

Setelah penaklukan Romawi, Mesir menjadi provinsi penting dalam Kekaisaran Romawi. Alexandria, ibu kota Mesir Ptolemaik, berkembang menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang penting di Mediterania. Mesir juga menjadi lumbung pangan utama bagi Roma, berkat produksi gandum yang melimpah.

Pada abad ke-4 M, Kekaisaran Romawi terpecah menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium). Mesir berada di bawah kendali Bizantium hingga penaklukan oleh Muslim Arab pada abad ke-7.

Mesir dalam Kekhalifahan dan Dinasti Islam

Pada tahun 640 M, pasukan Muslim Arab yang dipimpin oleh Amr ibn al-As menaklukkan Mesir dan mengakhiri kekuasaan Bizantium. Mesir kemudian menjadi bagian dari Kekhalifahan Rasyidin, dan kemudian Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Kota Fustat, yang didirikan oleh Amr ibn al-As, menjadi pusat pemerintahan baru di Mesir.

Pada abad ke-10, dinasti Fatimiyah, yang beraliran Syiah, mengambil alih kekuasaan di Mesir dan mendirikan ibu kota baru di Kairo. Dinasti ini dikenal karena toleransinya terhadap berbagai agama dan pembangunan monumental seperti Masjid Al-Azhar, yang menjadi pusat pembelajaran Islam.

Setelah jatuhnya dinasti Fatimiyah, Mesir dikuasai oleh dinasti Ayyubiyah dan kemudian Mamluk. Dinasti Mamluk memerintah Mesir selama hampir tiga abad dan berhasil mempertahankan kemerdekaan Mesir dari invasi asing, termasuk Mongol dan Salibis.

Mesir di Bawah Kekuasaan Ottoman

Pada tahun 1517, Sultan Selim I dari Kekaisaran Ottoman menaklukkan Mesir dan menggabungkannya ke dalam kekaisaran tersebut. Mesir menjadi provinsi penting dalam Kekaisaran Ottoman, meskipun pemerintahan lokal sebagian besar dikelola oleh Mamluk.

Pada abad ke-19, Muhammad Ali Pasha, seorang gubernur Ottoman, berhasil memodernisasi Mesir dan mendirikan dinasti yang berkuasa hingga pertengahan abad ke-20. Reformasi yang dilakukan oleh Muhammad Ali meliputi modernisasi militer, pendidikan, dan ekonomi, serta pembangunan infrastruktur seperti kanal Suez.

Mesir Modern

Pada awal abad ke-20. Mesir berada di bawah pengaruh Inggris, meskipun secara nominal masih menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman. Pada tahun 1922, Mesir memperoleh kemerdekaan formal dari Inggris dan menjadi kerajaan dengan Fuad I sebagai raja.

Pada tahun 1952, revolusi yang dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser menggulingkan monarki dan mendirikan republik. Nasser kemudian menjadi presiden pertama Mesir dan memimpin berbagai reformasi sosial dan ekonomi, termasuk nasionalisasi Terusan Suez.

Pada dekade berikutnya, Mesir mengalami berbagai perubahan politik, termasuk kepemimpinan Anwar Sadat yang membawa Mesir menuju perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1979, dan kemudian kepemimpinan Hosni Mubarak yang berakhir dengan revolusi pada tahun 2011.

Kesimpulan

Sejarah Mesir adalah cerita panjang tentang kebangkitan, kejayaan, dan kejatuhan. Dari zaman prasejarah hingga era modern, Mesir telah melalui berbagai periode yang membentuk identitas dan warisan budayanya yang kaya. Mesir tetap menjadi salah satu pusat kebudayaan dan sejarah dunia, dengan warisan arkeologi dan budaya yang terus menarik perhatian para peneliti dan wisatawan dari seluruh dunia.

sumber : rumaysho.com remajaislam.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tanya Sunna
1
Admin Infoin Yuk
Hubungi Kami
Selamat datang di Sunna Travel & Tour.
Bismillah, tidak lama lagi Anda akan berangkat umrah
Semoga Allah mudahkan.. Aamiin.

Silahkan ajukan pertanyaan Anda...