
Menjaga Akhlak selama Umroh: Etika yang Diajarkan Rasulullah dalam Ibadah
Pendahuluan
Menjaga akhlak selama umroh adalah salah satu kunci agar ibadah diterima Allah Ta’ala. Umroh bukan hanya tentang melaksanakan rukun dan wajibnya, tetapi juga menjaga hati, lisan, dan perbuatan dari hal-hal yang dapat mengurangi pahala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam telah memberikan teladan terbaik dalam beribadah, termasuk dalam menjaga akhlak ketika berada di tanah suci.
Banyak orang yang fokus pada aspek teknis umroh, seperti persiapan fisik dan manasik, tetapi lupa bahwa akhlak adalah inti ibadah. Tanpa akhlak yang baik, seseorang bisa saja pulang dengan lelah dan biaya yang besar, namun tidak mendapatkan pahala yang diharapkan. Oleh karena itu, memahami etika yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam selama umroh adalah bekal yang tak kalah penting.
1. Mengapa Menjaga Akhlak Selama Umroh itu Penting?
Allah Ta’ala berfirman:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan dalam masa mengerjakan haji…”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Walaupun ayat ini turun terkait haji, para ulama menjelaskan bahwa larangan rafats (ucapan kotor), fusuq (maksiat), dan jidal (perdebatan) juga berlaku untuk umroh.
Artinya, selama umroh kita dituntut untuk menjaga:
-
Lisan dari kata-kata yang menyakiti.
-
Hati dari rasa sombong, iri, atau riya.
-
Perbuatan dari hal-hal yang haram atau makruh.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Tidak ada suatu amalan yang lebih berat di timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang baik…”
(HR. Abu Dawud no. 4799)
Jika akhlak yang baik sangat berat timbangannya di akhirat, maka menjaga akhlak selama ibadah umroh jelas menjadi amalan yang sangat mulia.
2. Akhlak yang Harus Dijaga Sejak Persiapan Umroh
Menjaga akhlak selama umroh tidak dimulai ketika tiba di Mekkah atau Madinah, tetapi sejak masih di rumah.
a. Niat yang Lurus
-
Niatkan umroh hanya karena Allah, bukan untuk pamer atau sekadar status sosial.
-
Hindari ucapan yang menunjukkan kesombongan seperti “Biar semua tahu kalau saya sudah umroh.”
b. Meminta Maaf Sebelum Berangkat
-
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mengajarkan untuk menyelesaikan hutang, meminta maaf, dan mengembalikan amanah sebelum safar.
-
Hal ini akan membuat hati ringan dan bersih ketika memulai ibadah.
c. Menjaga Lisan dalam Perjalanan
-
Gunakan perjalanan sebagai waktu untuk berzikir, bukan bergosip.
-
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Etika Menjaga Akhlak Selama di Tanah Suci
Ketika sudah sampai di Mekkah atau Madinah, suasana spiritual akan sangat terasa. Namun, jumlah jamaah yang banyak sering membuat suasana menjadi padat dan penuh tantangan.
a. Sabar dalam Keramaian
-
Jangan dorong-dorongan ketika thawaf atau sa’i.
-
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam selalu menjaga kelembutan dalam ibadah, walaupun berada di tengah kerumunan.
b. Menghormati Sesama Jamaah
-
Jangan memotong antrean, jangan mengambil tempat orang lain di Masjidil Haram.
-
Ingat bahwa semua orang datang dengan tujuan yang sama: beribadah.
c. Tidak Mengganggu Orang Lain dengan Suara
-
Saat berdoa, cukup terdengar oleh diri sendiri.
-
Imam Malik rahimahullah berkata bahwa mengeraskan doa di Masjid Nabawi dapat mengganggu orang lain yang sedang beribadah.
4. Menjaga Akhlak dalam Setiap Rukun Umroh
a. Thawaf
-
Lakukan dengan tenang, tidak menyikut atau memukul jamaah lain demi mendekat ke Hajar Aswad.
-
Jika tidak memungkinkan mencium Hajar Aswad, cukup melambaikan tangan dari jauh sambil mengucap “Allahu Akbar.”
b. Sa’i
-
Hindari berlari-lari secara berlebihan di tempat yang tidak dianjurkan.
-
Jangan memotret orang lain tanpa izin, apalagi yang sedang beribadah.
c. Tahallul
-
Saat memotong rambut, pastikan bergiliran dan tidak berebut.
-
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam mendoakan tiga kali lipat pahala bagi yang mencukur habis dibanding yang hanya memotong sebagian (HR. Muslim).
5. Akhlak dalam Berinteraksi dengan Penduduk Lokal
a. Menghormati Petugas
-
Baik petugas masjid, hotel, atau transportasi, semua patut dihormati.
-
Ucapan “Jazakallahu khairan” akan membuat hubungan lebih baik.
b. Tidak Menawar Secara Berlebihan
-
Boleh tawar-menawar di pasar, tapi jangan sampai merendahkan harga secara tidak sopan.
c. Menjaga Kebersihan
-
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Kebersihan adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim) -
Jangan buang sampah sembarangan di sekitar Masjidil Haram atau Nabawi.
6. Menjaga Akhlak Saat Berziarah
-
Tidak berlebihan di tempat-tempat ziarah.
-
Tidak berdoa kepada selain Allah di makam Nabi atau sahabat.
-
Ziarah adalah sarana mengingat kematian, bukan untuk mencari keberkahan dari kuburan.
7. Akhlak Setelah Pulang dari Umroh
Menjaga akhlak selama umroh juga termasuk setelah pulang.
-
Tidak memamerkan perjalanan secara berlebihan di media sosial.
-
Mengamalkan ilmu yang didapat di tanah suci.
-
Menjadi pribadi yang lebih sabar dan tawadhu.
8. Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Menjaga Akhlak Saat Umroh
-
Marah karena padatnya jamaah – padahal sabar adalah bagian dari akhlak mulia.
-
Berfoto di tempat ibadah berlebihan – sehingga mengganggu kekhusyukan.
-
Berdebat masalah fiqih kecil – sebaiknya fokus pada ibadah masing-masing.
Kesimpulan
Menjaga akhlak selama umroh adalah bentuk kesempurnaan ibadah yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Mulai dari niat yang ikhlas, kesabaran di tengah keramaian, menghormati sesama jamaah, hingga membawa pulang akhlak mulia sebagai oleh-oleh terbaik.
Semoga Allah menerima ibadah umroh kita dan menjadikannya pemberat timbangan kebaikan di hari kiamat.